BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Dalam Sistem
Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program Reformasi di Bidang Kesehatan
telah digariskan bahwa tujuan Reformasi Kesehatan adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan
nasional dengan adanya pembangunan dibidang kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka
kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang
besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang
belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan
ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga
memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Menkes, 2010).
Lalat
merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran penyakit dan tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Lalat termasuk subordo
Cyclorrapha, ordo Diptera yang sering di jumpai dalam keseharian kita dan pada
hampir semua jenis lingkungan. Di ekosistem lalat dapat berperan dalam proses
pembusukan, sebagai predator, parasit pada serangga, sebagai polinator (Byrd,
2001), penyebab myasis (David, 2004) dan dapat berperan sebagai vektor penyakit
saluran pencernaan seperti kolera, typhus, disentri dan diare (Santi, 2001).
Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan
kaki-kakinya yang kotor tadi yang merupakan tempat menempelnya micro-organisme
penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada makanan (Depkes,1992). Lalat
banyak jenisnya tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah
(Musca domestica), lalat hijau (Lucilia
seritica), lalat biru (Calliphora vomituria) , lalat latirine (Fannia canicularis), Blackflies (Lalat Hitam), Lalat
daging (Genus Sarcophaga), dan Tsetse Flies
(Lalat Tsetse) .
Survey morbiditas
yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare
semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, dan hasil survey tahun 2010 terjadi
penurunan yaitu sebesar 411 per 1000 penduduk tetapi penurunan itu sangat kecil
(Riskesdas,2007). Selain itu, diperkirakan ada 5,5 juta kasus kolera terjadi
setiap tahunnya di Asia dan Afrika. Sekitar 8% merupakan kasus yang cukup berat
sehingga memerlukan perawatan rumah sakit dan 20% dari kasus-kasus berat ini
berakhir dengan kematian sehingga jumlah kematian besarnya 120.000 per tahun
(Sack,2004). Begitu pula dengan kasus typhus, dari hasil mortalitas penyakit
typhus menduduki penringkat ke enam yaitu sebesar 3,8% sedangkan dari data
morbiditas mencapai 81.116 kasus (3,15%) (Depkes,2006). Penyakit-penyakit
tersebut biasanya terjadi terutama di wilayah dengan faktor resiko, kesehatan
lingkungan yang buruk sebagai tempat perindukkan lalat dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) masih rendah yang memungkinkan lalat menyebarkan penyakit
ke manusia. Oleh karena demikian besar penyebaran penyakit yang dapat
ditularkan melalui lalat, maka perlu dilakukan pengendalian lalat dengan cermat
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. TUJUAN
1. Mengetahui klasifikasi lalat.
2. Mengetahui morfologi lalat.
3. Mengetahui biologi lalat.
4. Mengetahui pola penyabaran lalat.
5. Mengetahui peran lalat dalam kesehatan
masyarakat dan penyakit yang ditimbulkan oleh lalat.
6. Mengetahui teknik-teknik pengendalian dan
pemeberantasan lalat.
BAB
II
ISI
A. Pengertian
Lalat
Lalat
adalah ordo diptera, yang menurut asal katanya “ Di” artinya dua, “ptera” yang
artinya sayap, dan arti keseluruhannya adalah serangga yang memiliki dua sayap
(sepasang sayap) atau insekta yang bsa terbang. Adanya sepasang sayap tersebut merupakan sayap bagian
depan, sedangkan sayap bagian belakang tidak berkembang dan mereduksi menjadi
alat keseimbangan (halter). Tubuh relatif lunak, antenna pendek, mata
majemuk besar dan mengalami metamorfosa sempurna.4 Lalat merupakan vektor
mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit pada saluran – saluran
pencernaan makanan. Ordo diptera yang merupakan salah satu anggota kelas
Hexapoda atau insekta yang mempunyai jumlah genus dan spesies yang
terbesar yaitu mencakup 60 – 70 % dari seluruh spesies Arthropoda. Jenis
serangga ini dapat
mengganggu kenyaman hidup manusia dan hewan karena dapat menularkan penyakit.
Penyakit yang
ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat Musca domestica dewasa
dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Trichuris trichiura,
cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides), Protozoa (Entamoeba
hystolitica dan Giardia lamblia), Bakteri usus (Salmonella,
Shigella, dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue (penyebab
frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat fannia dewasa
dapat menularkan berbagai jenis myasis (Gastric, Intestinal, dan Genitorinary).
Lalat Stomoxys merupakan vector penyakit surra (yang disebabkan Trypanosima
evansi), antrax, tetanus, yellow fever , traumatic miasis dan
Enteric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Paenicia dan
Chrysomyia) dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain
melalui luka. Lalat Sarchopaga dapat menularkan myasis kulit, hidung,
jaringan, vagina, dan usus.
B. Klasifikasi
Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga)
termasuk dalam ordo diphtera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran
dan saat ini diseluruh dunia dapat
dijumpai sekitar ± 60.000 – 100.000
spesies lalat (Santi, 2001).
Lalat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Class :
Hexapoda
Ordo :
Diptera
Family :
Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus :
Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies : Musca domestica, Stomoxy
calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp,dll
Jenis
Species dari Tiap-tiap Kelas Flies (Lalat) adalah Houseflies (lalat
rumah, Musca domestica), Sandflies
(lalat pasir, genus Phlebotomus), Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina),
Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) (Kartikasari, 2008).
C. Morfologi
Pada umumnya
berukuran kecil,sedang sampai berukuran besar, mempunyai sepasang sayap di
bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian
belakang,bermata majemuk dan sepasang antena
yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah
oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan.
D. Biologi lalat
1. Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat)
tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur,
berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur
akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu
rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas
akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari
phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin
guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna
coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini
berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan
keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup
dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih
kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk
berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5
(lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi
yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang
arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
2. Makanan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari
terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan
manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan
hewan ,darah serta bangkai binatang. Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat hanya dalam bentuk cairan,
makanan yang kering dibasagi oleh lidahnya terlebih dahulu baru dihisap air
merupakan hal yang dalam hidipanya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja.
Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.
3. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang
basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran
yang menumpuk secara kumulatif (dikandang).
a. Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling
utama adalah pada kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normal nya lebih
kurang satu minggu).
b. Sampah dan sisa makanan dari hasil
olahan
Disamping lalat suka hinggap juga berkembang
baik pada sampah, sisa makanan, buah-buahan yang ada didalam rumah maupun
dipasar.
c.
Kotoran Organik
Kotoran organik seperti kotoran hewan,
kotoran manusia. Sampah dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok
untuk berkembang biaknya lalat.
d. Air Kotor
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air
kotor yang terbuka.
e. Ekologi Lalat Dewasa
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat
menjelaskan peranan lalat sebagai karier penyakit dan dapat pula membantu kita
dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu
berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat
beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
1) Tempat
peristirahatan
Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk
titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat
lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di
lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang sejuk. Juga
menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta
terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat
pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari.
Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
2) Fluktuasi Jumlah
lalat
Lalat meperupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai
cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar
buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan
kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20 º C – 25 º
C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 º C atau > 49 º C
serta kelembaban yang optimum 90 %.
3) Perilaku dan
perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergelombol atau berkumpul dan berkembang biak di
sekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya,
temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º-
40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.
E. Jenis-jenis
lalat
1. Lalat
rumah = Musca domestica
Ini
jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah.
Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak
dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat
musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut
kesehatan manusia.
Dalam
waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak
dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari.
Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva
yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya.
Setelah
3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva larva
akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi
pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan
lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat
tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah.
Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau
beberapa minggu pada suhu rendah.
Lalat
dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian
jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini
terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang.
Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam
waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu
siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.
Lalat
rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab
dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang
disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai
ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat
dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung
organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya.
Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan
lalat rumah.
Disamping
itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic
merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang
jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap
berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa
sampai sejauh 50 km.
Lalat
dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin,
mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka
melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang
biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan
gudang-gudang.
2. Lalat rumah kecil (jenis Fannia)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat
rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran
manusia dan hewan danjuga dibagian-bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di
tumpukan rumput yang membusuk. Lalat kandang yang menggigit (= biting stable
fly) = stomaxys caleitrans Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi meraka
mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di
tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini
tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan
penyakit-penyakit pada binatang.
3. Bottle flies
dan Blow flies
Jenis-jenis ini
meletakkan telur-telur mereka pada daging. (Dalam hubungan ini mereka dikatakan
mem ”bottle” atau ”blow” daging itu).
Jenis-jenis ini
mencakupi :
- Black blowfly (jenis Phormia)
- Green dan bonze bottle flies (jenis phaenicia dsb)
- Blue bottle flies (jenis Cynomyopsis dan Calliphora)
Jenis-jenis
lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran daripada lalat
rumah biasa, karena itu mereka dianggap tidak terlalu penting sebagai vektor
penyakit manusia. Mereka biasanya membiak di bahan binatang yang membusuk,
tetapi mereka juga bisa bertelur ditumbuhan-tumbuhan segar dan membusuk kalau
tidak ada daging binatang.
Siklus hidup
jenis-jenis lalat ini sangat menyerupai siklus hidup lalat rumah biasa. Mereka
juga dapat terbang jauh. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini menyebabkan
myasis pada binatang dan manusia.
4. Blackflies (Lalat Hitam)
Adalah
vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium damnosum dan
S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum.
Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan
onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.
5. Lalat daging (Genus Sarcophaga)
Jenis-jenis lalat ini termasuk
dalamgenus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat
bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini
hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang.
Beberapa jenis tidak bertelur tetapi
mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran
dan karena itu mereka tidak penting sebagai vektor mekanis penyakit manusia.
Tetapi mereka bisa menyebabkan myiasis pada manusia.
6. Tsetse Flies
(Lalat Tsetse)
Lalat tsetse
adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan
peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma
pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi penyebab
trypanosomiasis, adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes.
Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species
G. palpalis fuscipes dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G.
tachhinoides.
F. Penyebaran
Lalat
Musca domestica dan Chrysomya
megachepala adalah lalat yang tersebar secara kosmopolitan dan bersifat
sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan ketergantungan yang
tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan
yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat
lebih aktif pada tempat yang terlindung dari cahaya daripada tempat yang
langsung terkena cahaya matahari. Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat
ini dimungkinkan karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat di suatu daerah, sangat dipengaruhi
oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan kelembaban. Kepadatan
lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25 C. Populasi menurun apabila
temperatur > 450C dan < 100C. Pada temperatur yang
sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada stadium dewasa atau
pupa. Kebiasaan & distribusi lalat pada Siang hari akan berada di sekitar
tempat makan & tempat perindukan di mana juga terjadi perkawinan &
istirahat. Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur,
kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat.
Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti pada
temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara
yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di luar
rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak makan
lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang membentang
atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya malam
hari.
G. Ekologi lalat dewasa
Dengan
memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier
penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat
dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya
istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih
terang.
a) Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan
tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting
untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi
beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang
sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat
berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah,
lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif
pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari
5 (lima) meter.
b) Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat meperupakan serangga yang bersifat
fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat
aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya
pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada
temperatur 20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10
º C atau > 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 %.
c) Perilaku dan
perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergelombol atau berkumpul
dan berkembang biak di sekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat
dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat
memerlukan suhu sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada
temperatur < 15ºC.
H. Penyakit yang ditularkan oleh lalat
serta gejala-gejalanya
1.
Desentri penyebaran bibit penyakit yang dibawa
oleh lalat rumah yang berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan terutama
melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila
lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan
yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit
pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran
terdapat mucus dan push.
2.
Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit
pada bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.
3.
Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri,
gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam
tinggi.
4.
Cholera
penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam,
dehydrasi.
I. Teknik Pengendalian dan Pemberantasan Lalat
Menurut
Depkes tahun 1992 pengendalian lalat dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
1. Perbaikan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
a.
Mengurangi atau menghilangkan tempat
perindukan lalat.
1) Kandang
ternak
- Kandang harus dapat dibersihkan
- Lantai kandang harus kedap air ,dan dapat
disiram setiap hari
2) Peternakan
/ kandang burung
- Bila burung/ternak berada dalam kandang dan
kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang
cukup agar kandang tetap kering.
- Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara
interval dapat dibersihkan.
3) Timbunan
pupuk kandang
- Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke
tanah permukaan pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat.
Tumpukan pupuk tersebut dapat ditutup
dengan plastik atau bahan lain lain yang anti lalat.
- Cara ini dapat mencegah lalat untuk
bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa karena panas yang keluar dari
prases komposting dapat memperpendek lalat untuk keluar.
- Pupuk kandang yang dibuang ke tanah
permukaan pada alasnya perlu dilengkapi dengan pancuran/pipa sekelilingnya,
untuk mencegah perpindahan larva ke pupa
dibawah tanah dalam tumpukkan pupuk tersebut. Pada cuaca panas, pupuk mungkin
dapat menyebar ke bawah tanah dan menjadi kering sebelum lalat mempunyai waktu
untuk berkembang.
4) Kotoran
Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan
kotoran (jamban) terbuka dapat dicegah
dengan :
- Membuat
Slab yang dapat menutup lubang penampungan kotoran.
- Jamban
perlu dilengkapi dengan :
· Leher
angsa untuk mencegah bau dan kotoran tidak dihinggapi lalat.
· Pipa
hawa (ventilasi) dilengkapi dengan kawat anti lalat.
· Bila
air pada leher angsa tidak baik sambungan penutup tidak rapat.
· Mungkin
kebocoran sampai merembes pada lubang jamban.
· Pemasangan
ventilasi pada lubang jamban dan juga menghilangkan tempat perindukan lalat.
· Buang
kotoran di sembarang tempat dapat sebagai tempat perindukan lalat kebun. Ini
merupakan problem dimana kelompok besar dari masyarakat misalnya pengungsi,
tinggal bersama sementara di pengungsian. Perlu
jamban yang cocok untuk tempat pengungsian.
· Bila
fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan
buang air besar ± 500 meter pada arah angin yang tidak mengarah ke dekat tempat
perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air bersih. ini dapat
menghilangkan sejumlah lalat didalam lokasi penampungan pengungsi.
· Kemudahan
untuk menghilangkan kotoran di tempat pengungsian adalah dengan membuat lubang
penampungan dan menutupnya dengan tanah secara berlapis, kemungkinan
peningkatan perkembangan lalat pelan-pelan secara bertahap dapat ditekan.
5) Sampah
basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat.
Bila sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah–rumah tidak ada,
sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap
minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai
tidak menjadi tempat berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat
berkembang biak di tempat sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim
panas larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya 3–4
hari. Untuk daerah tertentu, sampah basah harus dikumpulkan paling lambat 2
kali dalam seminggu.Bila tong sampah kosong adalah penting untuk dibersihkan
sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong pembuangan sampah akhir dibuang
ketempat terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah dan ditutup setiap
hari dengan tanah merah setebal 15 – 30 cm . Hal ini untuk penghilangan tempat
perkembangbiakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus ±
beberapa km dari rumah penduduk.
6) Tanah
yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan
disaluran terbuka, tangki septik dan rembesan dari lubang penampungan harus di
hilangkan. Saluran air dapat digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat
dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik. Air
kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan
pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan ikan,
lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Dalam kondisi tertentu lalat akan ditarik
pada hasil dari makanan ikan dan tepung tulang, sirop gula, tempat pembuatan
susu air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga. Untuk mengurangi
sumber yang menarik lalat dapat ddicegah dengan melakukan :
-
Kebersihan lingkungan
-
Membuat saluran air limbah (SPAL)
-
Menutup tempat sampah
- Untuk industri yang menggunakan produk yang
dapat menarik lalat dapat dipasang dengan alat pembuang bau (Exhaust).
c. Mencegah kontak antara lalat dengan
kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari
kotoran manusia , bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik, maupun orang
sakit mata. Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang
mengandung kuman, adalah dengan :
- Membuat
konstruksi jamban yang memenuhi syarat,
sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
- Mencegah
lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang sakit dan
penderita sakit mata.
- Mencegah
agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan dan bangkai
binatang.
d. Melindungi makanan, peralatan makan dan
orang yang kontak dengan lalat
Untuk melindungi makanan, peralatan makan dan
orang yang kontak dengan lalat dapat dilakukan dengan :
- Makanan
dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
- Makanan
disimpan di lemari makan
- Makan
perlu dibungkus
- Jendela
dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa
- Pintu
dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
- Pintu
masuk dilengkapi dengan goranti lalat
- Penggunaan
kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk:
· Menutup
bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya
· Menutup
makanan atau peralatannya
- Kipas
angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
- Memasang
stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
2. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat
secara langsung adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
1) Cara
fisik
Cara pemberantasan secara
fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam
kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya
cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel,
supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta
buah-buahan .
a) Perangkap
Lalat (Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang
besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat yang menarik lalat untuk
berkembang biak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap. Bila lalat
mencoba makan terbang maka/mereka akan tertangkap dalam perangkap dalam
perangkap yang diletakkan dimulut kontainer yang terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah sebuah
model perangkap akan terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan,
tutup kayu atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas penutup. Celah
selebar 0,5cm antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada
lalat untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separo dengan
umpan, yang akan luntur tekstur & kelembabannya. Tak ada air tergenang
dibagian bawahnya. Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok,
seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan.Setelah tujuh hari, umpan akan
berisi larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti. Lalat
yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai
mencapai puncak serta tangki harus segera dikosongkan. Perangkap harus
ditempatkan di udara terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan
pepohonan.
b) Umpan
kertas lengket berbentuk pita/lembaran
(Sticky tapes)
Dipasaran tersedia alat ini,
menggantung diatap, menarik lalat karena kandungan gulanya. Lalat hinggap pada
alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu
bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.
c) Perangkap
dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada
cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik yang
menutupi. Sinar bias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi
tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah kondisi
setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan
didapur rumah sakit dan restoran.
d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang
angin/ventilasi.
e) Membuat
pintu dua lapis, daun pintu pertama
kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan
menutup sendiri.
2) Cara
kimia
Pemberantasan lalat dengan
insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila sangat
diperlukan karena menjadi resiten yang cepat Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat secara
sementara memberantas lalat dengan cepat, yang aman diperlukan pada KLB kolera
, desentri atau trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara
umpan (baits), penyemprotan dengan efek
residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying).
a) Cara Umpan ( Bait )
b) Penyemprotan dengan Efek Residu (Indoor
Residual Spraying).
c) Penyemprotan
Dengan Pengasapan ( Indoor & Outdoor Space Spraying )
3) Cara
Biologi
Dengan memanfaatkan sejenis
semut kecil berwana hitam (Phiedoloqelon
affinis) untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat–tempat sampah
(Filipina).
C. Peranan Pemerintah dan peran serta
masyarakat dalam pengendalan lalat di pemukiman
Metode
pengololaan lingkungan dalam pengendalian lalat yang dapat dilakukan oleh
individu, masyarakat dan pemerintah adalah :
DAFTAR
PUSTAKA
Axtell, R.C.
1986. Fly Control in Confined Livestock
and Poultry Production. CIBA-GEIGY.USA.
Byrd, J.H.
and Castner, J.L. 2001. Insects of
forensic importance. In Forensic
Entomology : the utility of arthropods in legal investigation. New York:
CRC press.
Darjono.
2006. CP-bulletin Service: Kontrol Lalat
dalam Mencegah Penyebaran Penyakit. Edisi Februari 2006 nomor 74/tahunVII.
POKPHAND. Diakses 7 April 2012.
David, B.V.
and Anathakrishnan, T.N. 2004. General and applied entomology. 2nd ed.
New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Companies.
Depkes RI,
Dit.Jen. PPM dan PL. 2006. Profil
Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.
Depkes RI,
Dit.Jen.PPM dan PL. Petunjuk Teknis tentang Pemberantasan Lalat.
Jakarta. 1992. Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor
374/Mekes/PER/III/2010.Tentang Pengendalian Vektor.
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. Diakses tanggal 8
Maret 2011.
Dr. Soedarto, DTMH, PhD.1992. Entomolgi
Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Kartikasari.
2008. Dampak Vektor Lalat Terhadap
Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.
jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar-521-2-bab1 Diakses tanggal 7 April 2012.
Sitanggang,
Totianto. 2001. Skripsi: Studi
Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan
Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. 42 Halaman
(Dipublikasikan) Diakses 7 April 2012.
Sack DA, Sack
RB, Nair GB, Siddique AK. 2004. Cholera.
Lancet.
Santi, D.N.
2001. Manajemen Pengendalian Lalat. Fakultas Kedokteran. Universitas
Sumatera Utara.
Staf Pengajar Departemen Parasitology. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Assalamualaikum,mbak saya boleh minta file yang petunjuk teknis pemberantasan lalat dari depkes?
BalasHapusMakasih