Kamis, 06 September 2012

Makalah Pemberantasan Vektor Epidemiologi Lalat


BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program Reformasi di Bidang Kesehatan telah digariskan bahwa tujuan Reformasi Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional dengan adanya pembangunan dibidang kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Menkes, 2010).
Lalat merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran penyakit dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Lalat termasuk subordo Cyclorrapha, ordo Diptera yang sering di jumpai dalam keseharian kita dan pada hampir semua jenis lingkungan. Di ekosistem lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit pada serangga, sebagai polinator (Byrd, 2001), penyebab myasis (David, 2004) dan dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran pencernaan seperti kolera, typhus, disentri dan diare (Santi, 2001). Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi yang merupakan tempat menempelnya micro-organisme penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada makanan (Depkes,1992). Lalat banyak jenisnya tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau  (Lucilia seritica), lalat biru  (Calliphora vomituria) , lalat latirine (Fannia canicularis), Blackflies (Lalat Hitam), Lalat daging (Genus Sarcophaga), dan Tsetse Flies (Lalat Tsetse) .
Survey morbiditas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, dan hasil survey tahun 2010 terjadi penurunan yaitu sebesar 411 per 1000 penduduk tetapi penurunan itu sangat kecil (Riskesdas,2007). Selain itu, diperkirakan ada 5,5 juta kasus kolera terjadi setiap tahunnya di Asia dan Afrika. Sekitar 8% merupakan kasus yang cukup berat sehingga memerlukan perawatan rumah sakit dan 20% dari kasus-kasus berat ini berakhir dengan kematian sehingga jumlah kematian besarnya 120.000 per tahun (Sack,2004). Begitu pula dengan kasus typhus, dari hasil mortalitas penyakit typhus menduduki penringkat ke enam yaitu sebesar 3,8% sedangkan dari data morbiditas mencapai 81.116 kasus (3,15%) (Depkes,2006). Penyakit-penyakit tersebut biasanya terjadi terutama di wilayah dengan faktor resiko, kesehatan lingkungan yang buruk sebagai tempat perindukkan lalat dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih rendah yang memungkinkan lalat menyebarkan penyakit ke manusia. Oleh karena demikian besar penyebaran penyakit yang dapat ditularkan melalui lalat, maka perlu dilakukan pengendalian lalat dengan cermat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B.    TUJUAN
1.  Mengetahui klasifikasi lalat.
2.  Mengetahui morfologi lalat.
3.  Mengetahui biologi lalat.
4.  Mengetahui pola penyabaran lalat.
5.  Mengetahui peran lalat dalam kesehatan masyarakat dan penyakit yang ditimbulkan oleh lalat.
6.  Mengetahui teknik-teknik pengendalian dan pemeberantasan lalat.

BAB II
ISI

A.  Pengertian Lalat
Lalat adalah ordo diptera, yang menurut asal katanya “ Di” artinya dua, “ptera” yang artinya sayap, dan arti keseluruhannya adalah serangga yang memiliki dua sayap (sepasang sayap) atau insekta yang bsa terbang. Adanya sepasang sayap tersebut merupakan sayap bagian depan, sedangkan sayap bagian belakang tidak berkembang dan mereduksi menjadi alat keseimbangan (halter). Tubuh relatif lunak, antenna pendek, mata majemuk besar dan mengalami metamorfosa sempurna.4 Lalat merupakan vektor mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit pada saluran – saluran pencernaan makanan. Ordo diptera yang merupakan salah satu anggota kelas Hexapoda atau insekta yang mempunyai jumlah genus dan spesies yang terbesar yaitu mencakup 60 – 70 % dari seluruh spesies Arthropoda. Jenis serangga ini dapat mengganggu kenyaman hidup manusia dan hewan karena dapat menularkan penyakit.
Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat Musca domestica dewasa dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Trichuris trichiura, cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides), Protozoa (Entamoeba hystolitica dan Giardia lamblia), Bakteri usus (Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis myasis (Gastric, Intestinal, dan Genitorinary). Lalat Stomoxys merupakan vector penyakit surra (yang disebabkan Trypanosima evansi), antrax, tetanus, yellow fever , traumatic miasis dan Enteric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Paenicia dan Chrysomyia) dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat Sarchopaga dapat menularkan myasis kulit, hidung, jaringan, vagina, dan usus.

B.  Klasifikasi Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) termasuk dalam ordo diphtera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran dan saat ini  diseluruh dunia dapat dijumpai sekitar ± 60.000  – 100.000 spesies lalat (Santi, 2001).
Lalat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Hexapoda
Ordo          : Diptera
Family       : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus       : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies     : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp,dll
Jenis Species dari Tiap-tiap Kelas Flies (Lalat) adalah Houseflies (lalat rumah, Musca domestica), Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus), Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina), Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) (Kartikasari, 2008).
C. Morfologi
Pada umumnya berukuran kecil,sedang sampai berukuran besar, mempunyai sepasang sayap di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian belakang,bermata majemuk dan sepasang antena  yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan.
D. Biologi lalat
1.  Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa.  Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
2.  Makanan 
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan ,darah serta bangkai binatang. Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat hanya dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasagi oleh lidahnya terlebih dahulu baru dihisap air merupakan hal yang dalam hidipanya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.
3.  Tempat Perindukan 
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang).
a.  Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normal nya lebih kurang satu minggu).
b.  Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan 
Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa makanan, buah-buahan yang ada didalam rumah maupun dipasar. 
c.   Kotoran Organik 
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya lalat. 
d.  Air Kotor 
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka.
e.  Ekologi Lalat Dewasa
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
1)  Tempat peristirahatan
Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
2)  Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat meperupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 º C atau > 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 %.
3)  Perilaku dan perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergelombol atau berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º- 40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.
E.  Jenis-jenis lalat
1.  Lalat rumah = Musca domestica
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia.
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya.
Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah.
Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah.
Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km.
Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang.
2.  Lalat rumah kecil (jenis Fannia)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan danjuga dibagian-bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk. Lalat kandang yang menggigit (= biting stable fly) = stomaxys caleitrans Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi meraka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit pada binatang.
3.  Bottle flies dan Blow flies
Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. (Dalam hubungan ini mereka dikatakan mem ”bottle” atau ”blow” daging itu).
Jenis-jenis ini mencakupi :
- Black blowfly (jenis Phormia)
- Green dan bonze bottle flies (jenis phaenicia dsb)
- Blue bottle flies (jenis Cynomyopsis dan Calliphora)
Jenis-jenis lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran daripada lalat rumah biasa, karena itu mereka dianggap tidak terlalu penting sebagai vektor penyakit manusia. Mereka biasanya membiak di bahan binatang yang membusuk, tetapi mereka juga bisa bertelur ditumbuhan-tumbuhan segar dan membusuk kalau tidak ada daging binatang.
Siklus hidup jenis-jenis lalat ini sangat menyerupai siklus hidup lalat rumah biasa. Mereka juga dapat terbang jauh. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini menyebabkan myasis pada binatang dan manusia.
4.  Blackflies (Lalat Hitam)
     Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.
5.  Lalat daging (Genus Sarcophaga)
Jenis-jenis lalat ini termasuk dalamgenus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang.
Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena itu mereka tidak penting sebagai vektor mekanis penyakit manusia. Tetapi mereka bisa menyebabkan myiasis pada manusia.
6.  Tsetse Flies (Lalat Tsetse)
Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi penyebab trypanosomiasis, adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes. Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G. tachhinoides.


F.  Penyebaran Lalat
Musca domestica dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang tersebar secara kosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan  yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari cahaya daripada tempat yang langsung terkena cahaya matahari. Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat ini dimungkinkan karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan  lalat di suatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25 C. Populasi menurun apabila temperatur > 450C dan < 100C. Pada temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan & distribusi lalat pada Siang hari akan berada di sekitar tempat makan & tempat perindukan di mana juga terjadi perkawinan & istirahat. Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur, kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti pada temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di luar rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya malam hari.

G. Ekologi lalat dewasa
            Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
a)    Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
b)    Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat meperupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 º C atau > 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 %.
c)    Perilaku dan perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergelombol atau berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.

H. Penyakit yang ditularkan oleh lalat serta gejala-gejalanya
1.      Desentri penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push.
2.    Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.
3.    Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
4.    Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi.

I.    Teknik Pengendalian dan Pemberantasan Lalat
Menurut Depkes tahun 1992 pengendalian lalat dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
1. Perbaikan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
a.  Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat.
1)  Kandang ternak
- Kandang harus dapat dibersihkan
- Lantai kandang harus kedap air ,dan dapat disiram setiap hari
2)  Peternakan / kandang burung
- Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
- Kotoran burung/ternak  dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval dapat dibersihkan.
3)  Timbunan pupuk kandang
- Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Tumpukan pupuk tersebut dapat  ditutup dengan plastik atau bahan lain lain yang anti lalat.
- Cara ini dapat mencegah lalat untuk bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa karena panas yang keluar dari prases komposting dapat memperpendek lalat untuk keluar.
- Pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada alasnya perlu dilengkapi dengan pancuran/pipa sekelilingnya, untuk mencegah perpindahan  larva ke pupa dibawah tanah dalam tumpukkan pupuk tersebut. Pada cuaca panas, pupuk mungkin dapat menyebar ke bawah tanah dan menjadi kering sebelum lalat mempunyai waktu untuk berkembang.
4)  Kotoran Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran   (jamban) terbuka dapat dicegah dengan :
-     Membuat Slab yang dapat menutup lubang penampungan kotoran.
-     Jamban perlu dilengkapi dengan :
·  Leher angsa untuk mencegah bau dan kotoran tidak dihinggapi lalat.
·  Pipa hawa (ventilasi) dilengkapi dengan kawat anti lalat.
·  Bila air pada leher angsa tidak baik sambungan penutup tidak rapat.
·  Mungkin kebocoran sampai merembes pada lubang jamban.
·  Pemasangan ventilasi pada lubang jamban dan juga menghilangkan tempat perindukan lalat.
·  Buang kotoran di sembarang tempat dapat sebagai tempat perindukan lalat kebun. Ini merupakan problem dimana kelompok besar dari masyarakat misalnya pengungsi, tinggal bersama sementara di pengungsian. Perlu  jamban yang cocok untuk tempat pengungsian.
·  Bila fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang air besar ± 500 meter pada arah angin yang tidak mengarah ke dekat tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air bersih. ini dapat menghilangkan sejumlah lalat didalam lokasi penampungan pengungsi.
·  Kemudahan untuk menghilangkan kotoran di tempat pengungsian adalah dengan membuat lubang penampungan dan menutupnya dengan tanah secara berlapis, kemungkinan peningkatan perkembangan lalat pelan-pelan secara bertahap dapat ditekan.
5)  Sampah basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak menjadi tempat berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat berkembang biak di tempat sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim panas larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya 3–4 hari. Untuk daerah tertentu, sampah basah harus dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu.Bila tong sampah kosong adalah penting untuk dibersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong pembuangan sampah akhir dibuang ketempat terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah dan ditutup setiap hari dengan tanah merah setebal  15  – 30 cm . Hal ini untuk penghilangan tempat perkembangbiakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus ± beberapa km dari rumah penduduk.
6)  Tanah yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, tangki septik dan rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik. Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
b.  Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Dalam kondisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan tepung tulang, sirop gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga. Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat ddicegah dengan melakukan :
- Kebersihan lingkungan
- Membuat saluran air limbah (SPAL)
- Menutup tempat sampah
- Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang dengan alat pembuang bau (Exhaust).

c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia , bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik, maupun orang sakit mata. Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, adalah dengan :
-     Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat,  sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
-     Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang sakit dan penderita sakit mata.
-     Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan dan bangkai binatang.
d. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
Untuk melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat dapat dilakukan dengan :
-     Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
-     Makanan disimpan di lemari makan
-     Makan perlu dibungkus
-     Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa
-     Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
-     Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat
-     Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk:
·      Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya
·      Menutup makanan atau peralatannya
-     Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
-     Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.

2. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
1)    Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini  hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta buah-buahan .
a)  Perangkap Lalat (Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat yang menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap. Bila lalat mencoba makan terbang maka/mereka akan tertangkap dalam perangkap dalam perangkap yang diletakkan dimulut kontainer yang terbuka itu. Cara ini  hanya cocok digunakan di luar rumah sebuah model perangkap akan terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas penutup. Celah selebar 0,5cm antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separo dengan umpan, yang akan luntur tekstur & kelembabannya. Tak ada air tergenang dibagian bawahnya. Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok, seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan.Setelah tujuh hari, umpan akan berisi larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki harus segera dikosongkan. Perangkap harus ditempatkan di udara terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan.
b)  Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran  (Sticky tapes)
Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.
c)  Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan didapur rumah sakit dan restoran.
d)   Pemasangan kasa kawat/plastik  pada pintu dan jendela serta lubang angin/ventilasi.
e)  Membuat pintu dua lapis,  daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.

2)    Cara kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resiten yang cepat Aplikasi  yang efektif dari insektisida dapat secara sementara memberantas lalat dengan cepat, yang aman diperlukan pada KLB kolera , desentri atau trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan  (baits), penyemprotan dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying).
a)   Cara Umpan ( Bait )
b)   Penyemprotan dengan Efek Residu (Indoor Residual Spraying).
                               

c)  Penyemprotan Dengan Pengasapan ( Indoor & Outdoor Space Spraying )


















3)    Cara Biologi
Dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam (Phiedoloqelon affinis) untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat–tempat sampah (Filipina).







C. Peranan Pemerintah dan peran serta masyarakat dalam pengendalan lalat di pemukiman
Metode pengololaan lingkungan dalam pengendalian lalat yang dapat dilakukan oleh individu, masyarakat dan pemerintah adalah :

















DAFTAR PUSTAKA

Axtell, R.C. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production. CIBA-GEIGY.USA.
Byrd, J.H. and Castner, J.L. 2001. Insects of forensic importance. In Forensic Entomology : the utility of arthropods in legal investigation. New York: CRC press.
Darjono. 2006. CP-bulletin Service: Kontrol Lalat dalam Mencegah Penyebaran Penyakit. Edisi Februari 2006 nomor 74/tahunVII. POKPHAND. Diakses 7 April 2012.
David, B.V. and Anathakrishnan, T.N. 2004. General and applied entomology. 2nd ed. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Companies.
Depkes RI, Dit.Jen. PPM dan PL. 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.
Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PL. Petunjuk Teknis tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta. 1992. Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.Tentang Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2011.
Dr. Soedarto, DTMH, PhD.1992. Entomolgi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Kartikasari. 2008. Dampak Vektor Lalat Terhadap Kesehatan. Universitas Sumatera Utara. jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar-521-2-bab1 Diakses tanggal 7 April 2012.
Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. 42 Halaman (Dipublikasikan) Diakses 7 April 2012.
Sack DA, Sack RB, Nair GB, Siddique AK. 2004. Cholera. Lancet.
Santi, D.N. 2001. Manajemen Pengendalian Lalat. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Staf Pengajar Departemen Parasitology. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.




1 komentar:

  1. Assalamualaikum,mbak saya boleh minta file yang petunjuk teknis pemberantasan lalat dari depkes?
    Makasih

    BalasHapus